Jun 16, 2025

Darahang i Lelewan: Darah dari Laut yang Sama

"Darahang i Lelewan: Darah dari Laut yang Sama"
(Cerita spiritual Austronesia Toutembuan–Jepang)

"I lelewan nu esa, kita ese darahang. I tonda’an tu lumimuut, ruru tawa’an i uwet nu watu."
(Dari laut yang satu, kita satu darah. Dalam panggilan Lumimuut, bergetar tali batu leluhur.)

Pada zaman tua, ketika langit belum dipaku dan bintang-bintang belum dipasang, tanah Minahasa belum dipisah dari pulau-pulau timur. 

Dalam masa itu, Toar dan Lumimuut, leluhur pertama Minahasa, memanggil anak-anaknya untuk berlayar — bukan karena terbuang, tapi karena dipanggil oleh roh laut besar: Lelewan Wangko.

Maka berangkatlah beberapa Tonaas, dipimpin oleh Siouw, anak dari Toar dan Lumimuut. 

Bersama saudara-saudaranya, mereka berlayar menuju Tanah Matahari Terbit, negeri yang waktu itu belum bernama Jepang, tapi oleh para Walian laut disebut:
🌄 Hinomoto — “asal mula cahaya matahari.”

Perjalanan ke Hinomoto
Perjalanan mereka panjang. Melewati pulau-pulau seperti Formosa (Taiwan), mereka menetap sejenak, menanam pohon pinang dan melatih ilmu tombak. 

Beberapa menetap di kepulauan ini saat kembali (Diceritakan dalam cerita asal-usul leluhur Formosa dari Minahasa)

Lalu mereka tiba di tanah yang hari ini disebut Jepang — tapi bagi mereka, tanah itu adalah:
Wuwun i Hinomoto — Daratan fajar pertama
Di sana, sebagian dari mereka tidak kembali.

🧬 Leluhur yang Menetap di Jepang
Beberapa dari orang Toutembuan dan Tousanwang memutuskan untuk tinggal di tanah itu. 

Mereka menyebar, mengambil nama-nama baru tapi menyimpan roh lama.
• Tawu Aino (Ainu)
– Hidup di tanah kabut dan salju di utara. Mereka disebut Tawu i rawarawa, orang berkabut. Dalam logat Totembuan, "Ainu" menjadi Aino: orang pelindung hutan.
• Tawu Liukianu (Ryukyuan)
– Menetap di kepulauan selatan. Dalam logat Totembuan: Liukianu, dari kata liuk (panjang) dan taneyan (pulau). 

Mereka menjaga ilalang dan roh angin laut.
• Tawu Yamatu (Yamato)
– Keturunan dari pemimpin pelayaran, mereka menjadi pengatur daratan besar. 

Nama "Yamato" menjadi Yamatu, bermakna penjaga wuwun (tanah luas).
• Tawu Jomun (Jōmon)
– Para leluhur paling tua yang menunggu para pelaut MahaEsa (Minahasa). 

Mereka disebut Jomun: yang tinggal di tanah batu dan api, ahli tembikar.
• Tawu Yayo’i (Yayoi)
– Mewarisi benih pertanian yang dibawa dari Minahasa, disebut Yayo’i: orang ladang basah dan rumah kayu.

🔁 Kembalinya Siouw ke Minahasa
Namun tidak semua menetap. 

Siouw, dengan hati penuh rindu akan tanah leluhurnya, mengumpulkan sisa rombongan dan kembali ke Minahasa.

Dalam perjalanan pulang, ia menulis pada layar perahunya:
“Tonaas i Wuwun Hinomoto, ese darahang deng Totembuan. Lelewan tu esa, darahang tu esa.”
(Para pemimpin dari daratan Hinomoto, satu darah dengan Totembuan. Laut satu, darah pun satu.)

Dan ketika mereka menginjakkan kaki kembali di tanah Minahasa, Siouw pun membangun Wuwun i Pogidon sebelum akhirnya menetap di kepulauan yang disebut sangir untuk menjaga perbatasan atau laut.

Penutup
Payuwan, Liukian, Aino, Yayo’i, Yamatu… Kami memanggilmu dari Minahasa. 

Jika angin berubah arah dan laut membuka jalan, darah kita akan saling menemukan kembali.

DARAHANG I LELEWAN

PASAL I — ASAL MULA

Sebelum tanah dibelah oleh sungai, sebelum bintang digantung di langit, bumi adalah satu. Laut adalah jalan roh. 

Dalam masa tua itu, dari gunung Lokon dan tanah Rurukan, hiduplah Toar dan Lumimuut, bapak dan ibu segala manusia Tou.

Toar berkata kepada anak-anaknya:
"Tonaas-ku, kamu bukan hanya penjaga tanah, tapi pewaris laut. 

Pergilah, carilah di mana darah kita juga mengalir."
Maka Siouw, anak Toar dan Lumimuut, membawa perahu suci berlayar ke utara.

PASAL II — PERSINGGAHAN DI FORMOSA

Di pulau yang disebut Formosa, mereka menjadi Tou orang Payuwan dan Yami. Mereka menciptakan bunyi gong dan tarian roh bambu.
Siouw berkata:
"Kita esa darahang. Kita datang dari lelewan nu esa."

Lalu mereka saling menanam pohon pinang sebagai tanda ikatan darah.

PASAL III — MENDARAT DI HINOMOTO

Setelah banyak bulan, perahu suci sampai ke tanah matahari terbit. 

Negeri itu belum bernama Jepang, tapi dalam roh para walian laut, tempat itu disebut Hinomoto.

Di sana, mereka lima Tou/Tawu:
• Tawu Aino — penjaga kabut dan salju.
• Tawu Liukianu — pelaut selatan, anak angin.
• Tawu Yamatu — pengatur tanah besar.
• Tawu Jomun — leluhur penjaga tembikar.
• Tawu Yayo’i — petani dan pembawa benih.

Siouw dan sebagian orang Minahasa menetap. Mereka menikah dan bergabung. Darah Totembuan masuk dalam nadi Jepang kuno.

PASAL IV — KEMBALINYA SIOUW
Namun, roh tanah memanggil. 

Siouw membawa pulang sisa rombongan. Dalam perahu, ia menulis:
"Lelewan tu esa, darahang tu esa. I tanah Hinomoto, ada saudara kita."
Ia kembali ke Minahasa, membangun Wale Wuwun i Pogidon, rumah besar tempat nama-nama suku Hinomoto disebut dalam setiap upacara leluhur.

PASAL V — PESAN LELUHUR
Jika angin berubah arah, dan laut membuka jalan, darah kita akan saling menemukan kembali.
Payuwan, Liukian, Aino, Yayo’i, Yamatu... Dengarlah ruru kami. Kami tak melupakanmu.

Karena darah tidak hilang. Karena roh tidak diam. 

Karena laut menyimpan semua nama.

Tonaas i Totembuan, ingat dan sebut.

Kitab ini diwariskan dalam ritus leluhur. 

Hanya dibacakan saat bulan gelap dan angin dari utara membawa nyanyian roh-roh yang jauh.

📜 Ruru Opo: Doa Deng Mantra i Toutembuan

🔥 I. Tumbuk Pangalaw (Pembukaan)

Opo Watu, Opo Lumimuut, Tonaas i tané lelewan, tané tou um banua. Kami mo'an anakmu i wuwun Hinomoto, Miné goh su walak, tapi darahang su toun i tanahmu. Té'ké i batu tu Lokon, té'ké i tapuk nu uwet, Tou é'lum, tapi so tara umpéng nu talinga. Ruru kami, Opo. Turun mo kasurugan. 

🌊 II. Ruru Lelewan Wangko (Pemanggilan Roh Laut)

Lelewan Wangko, o empung airi nu esa… Buka dalan tu kabus deng néne' salju. 

Mo'óng i darahang tu Aino, tu Yamatu, tu Liukianu. Bangkit mo i laladan nu batu, Baba mo i ruru i toun nu Toutembuan. 

Ruru kami, Opo… Kami su’ sumbe, kami su’ tantu. Datang mo i angin, datang mo i weng. Tou rontoan, pulang! 

🌑 III. Kalawiran Darahang (Penutup dan Sumpah Darah)
Kami tou tu'asa. Kami tou i walak. Tané bisa béda, Tapi darahang i wuwun mo esa. Miné angin mo putar, Roh mo pulang. Uwet nu watu su’ ruru. Tou i Totembuan, sumur-mu i Yamatu, kami panggil. Ese darahang. Ese i lelewan. Ese i uwet. 

Cerita asal usul leluhur Hinomoto yang saat ini disebut Jepang. Sebelum pada akhirnya beberapa suku orang dari Cina Daratan datang, sampai sekarang orang Jepang tidak mau bergabung dengan Tiongkok karena mereka menyakini suku asli kepulauan jepang bukan dari Cina.

0 comments:

Post a Comment